
Krisis
utang Eropa berasal dari Yunani, yang kemudian merembet ke Irlandia
dan Portugal. Ketiga negara tersebut memiliki utang yang lebih besar
dari GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran negara
lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan
semakin seru dibicarakan padapertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei
2010, IMF akhirnya menyetujui paketbail out (pinjaman) sebesar €110
milyar untuk Yunani, €85 milyar untuk Irlandia,dan €78 milyar untuk
Portugal. Kemudian kekhawatiran akan terjadinya krisis punberhenti
sejenak. Efek dari krisis Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG,
yangketika itu anjlok besar-besaran dari posisi 2,971 ke posisi 2,514.
Yunani
kemungkinan merupakan buah dari kesalahan kebijakan pemerintahan di
masalalu. Pada tahun 1974, Yunani memasuki babak baru pemerintahan,
dari juntamiliter menjadi sosialis. Pemerintah baru ini kemudian
mengambil banyak utanguntuk membiayai subsidi, dana pensiun, gaji PNS,
dll. Utang tersebut terus sajamenumpuk hingga pada tahun 1993, posisi
utang Yunani sudah diatas GDP-nya, dansampai sekarang pun masih
demikian. Saat ini utang Yunani diperkirakan telahmencapai 120% dari
posisi GDP-nya, dimana banyak analis yang memperkirakan bahwadata yang
sesungguhnya kemungkinan lebih besar dari itu.
Hingga
awal tahun 2000-an, tidak ada seorang pun yang memperhatikan fakta
bahwa utang Yunani sudah terlalu besar. Malah dari tahun 2000 hingga
2007, Yunani mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 4.2% per tahun, yang
merupakan angka tertinggi dizona Eropa, hasil dari membanjirnya modal
asing ke negara tersebut. Keadaanberbalik ketika pasca krisis global
2008 dimana negara-negara lain mulai bangkitdari resesi, dua dari
sektor ekonomi utama Yunani yaitu sektor pariwisata danperkapalan,
justru mencatat penurunan pendapatan hingga 15%. Orang-orang punmulai
sadar bahwa mungkin ada yang salah dengan perekonomian Yunani.
Keadaan
semakin memburuk ketika pada awal tahun 2010, diketahuibahwa
Pemerintah Yunani telah membayar Goldman Sachs dan beberapa bank
investasilainnya, untuk mengatur transaksi yang dapat menyembunyikan
angka sesungguhnyadari jumlah utang pemerintah. Pemerintah Yunani juga
diketahui telah mengutakatik data-data statistik ekonomi makro,
sehingga kondisi perekonomian merekatampak baik-baik saja, padahal
tidak. Pada Mei 2010, Yunani sekali lagi ketahuantelah mengalami
defisit hingga 13.6%. Salah satu penyebab utama dari defisit tersebut
adalah banyaknya kasus penggelapan pajak, yang diperkirakan
telahmerugikan negara hingga US$ 20 milyar per tahun.
Ketika
IMF memberikan pinjaman, IMF mengajukan beberapa syarat penghematan
anggaran kepada Pemerintah Yunani. Diantaranya pemotongan tunjangan
bagi PNS dan pensiunan, peningkatan pajak PPN hingga 23%, peningkatan
cukai pada barang-barang mewah, bensin, rokok, dan minuman beralkohol,
hingga perusahaan BUMN harus dikurangi dari 6,000 menjadi 2,000
perusahaan saja. Tentu saja kebijakan ini sangat sulit untuk
diterapkan.
Pada bulan yang sama,
ketika Pemerintah Yunani mengumumkan kebijakan penghematan anggaran,
rakyat Yunani langsung menggelar unjuk rasa besar-besaran di Athena
untuk menolak kebijakan tersebut. Hingga kini, belum ada kepastian
mengenaiapakah Pemerintah Yunani berhasil dalam menerapkan berbagai
kebijakan diatasatau tidak. Salah satu lembaga pemeringkat utang
terkemuka, Moody’s, masihmenetapkan rating utang Yunani pada salah satu
level terendah, yaituCCC.
Tantangan
yang begitu hebat dihadapi para pemimpin Eropa, sejak bangkrutnya
Yunani, disusul Irlandia, Spanyol, merembet ke Itali, Inggris, dan
terakhir melanda Perancis, yang masuk ke jurang krisis akibar utang.
Perancis nasibnya sama seperti Amerika Serikat yang telah diturunkan
peringkat rating kreditnya dari AAA menjadi AA+. Perancis yang
mempunyai utang yang setara dengan 95 % PDB nya, sudah tidak lagi mampu
mengatasinya.
Tidak banyak
pilihan yang bisa dilakukannya, kecuali hanya dengan memotong defisit
anggaran, dan itu pasti akan membawa malapetaka kepada krisis politik
dan sosial. Ujungnya terjadinya pemberontakan rakyat. Presiden
Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengumumkan
langkah-langkah kebijakan mengatasi krisis utang, tetapi tidak
mempunyai dampak positif di pasar. Bursa saham di Uni Eropa terus
berguguran sampai titik yang paling rendah.
Investor
berharap langkah-langkah yang lebih konkret untuk menstabilkan
kondisi keuangan pemerintah yang gemetar menghadapi krisis utang
sekarang ini. Mereka ingin melihat peningkatan besar dalam jumlah dana
stabilitas Uni Eropa dan banyak yang menyerukan penciptaan kerjasama
diantara negara-negara yang menggunakan mata uang Euro.
oh, begitu akarnya. makasih buat infonya. jadi tau apa penyebab masalah2 ini.
BalasHapus